Text
SYARAH RIYADHUS SHALIHIN JILID 5
Riyaadhush Shaalihiin merupakan kitab mulia yang sangat dibutuhkan umat Islam. Kitab yang hanya terdiri dari satu jilid ini telah dicetak berkali-kali.
Imam an-Nawawi -rahimahulloh- membagi bahasannya menjadi beberapa kitab (tema pokok ) dan menjadikan setiap kitab itu sebagai judul untuk hadits-hadits yang tercakup dalam beberapa bab (pembahasan), yang intinya menerangkan satu masalah (perkara syari'at). Penulis juga membuat beberapa judul bahasan dari kitab-kitab tersebut, yakni dengan menjadikan bab sebagai judul untuk sejumlah hadits yang menunjukkan masalah tertentu. Secara keseluruhan, terdapat 19 kitab di dalamnya, tidak termasuk kitab pertama, dan terdapat 372 bab.
Dalam menulis kitab ini, Imam an-Nawawi -rahimahulloh- memulai pembukaan setiap bab dengan ayat-ayat dari al-Quran yang sesuai dengan tema bahasannya. Yang demikian itu karena as-Sunnah adalah pemerinci al-Qur-an al-Karim, sekaligus penjelas dan penerang baginya. Selain itu, Beliau -rahimahulloh- memberi harakat pada beberapa kalimat yang musykil (sulit dimengerti). la juga menafsirkan kosakata asing yang maknanya tersembunyi. Dan, ia mengakhiri setiap penukilan hadits dengan menjelaskan derajatnya.
Karena manfaatnya yang besar bagi Muslimin, banyak Ulama Islam yang mensyarah kitab Riyadhus Shalihin ini, Namun sangat disayangkan sekali, sebagian mereka menempuh faham yang rusak, seperti Firqoh Asy’ari yang terjatuh dalam ta’wil (menyimpangkan makna) ayat-ayat Asma wa Shifat Al Quran, dalam menjelaskan makna Ayat Al Quran dan sebagian hadits Rosululloh -Sholallahu Alaihi Wassalam- . juga sebagian yang lain menempuh firqoh Sufiyyah yang kental dengan nuansa “ kuburiyyun” nya.
Namun, tidak sedikit pula Syrah Riyadhus Shalihin yang menempuh Faham Salafush Shahih, manhaj/metode para Salaf dan Ulama Ahli hadits yang mengikuti faham Salaf dengan benar. Salah satu diantaranya ada Kitab: bahjatun nadzirin Syarah Riyadhus Shalihin, tulisan Syaikh Salim Bin Ied Al Hilali.
Secara umum, metode yang digunakan dalam syarah kitab Riyadhush Shaalihiin karya Imam an-Nawawi ini terbagi menjadi tujuh tahapan, dan semua itu terkait penyusunan sistematika pembahasannya.
Pertama : Men-tahqiq setiap nash hadits dengan merujuksilangkannya kepada kitab-kitab hadits Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- yang suci (shahih). Upaya untuk menelaah keshahihan nash ini merupakan keharusan dalam menilai tsiqah-nya riwayat hadits. Upaya memahami sanad-sanad untuk menjelaskan tingkatannya juga menjadi keharusan dari syarah suatu Hadits. Sebab, memahami nash yang telah diteliti akan memudahkan dalam menggapai pemahaman yang benar.
Kedua Menjelaskan bab-bab.
Untuk itu, penulis bersandar pada kitab-kitab karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah- rahimahumulloh-
Ketiga; Menafsirkan ayat-ayat.
Dalam menerangkan tafsir beberapa ayat dalam kitab ini, penulis menjadikan Tafsiir al-Qur-aanil 'Azhiim karya Ibnu Katsir -rahimahulloh- sebagai rujukan utama. Adapun jika tidak menemukan penjelasan dalam kitab tersebut, maka akan beranjak kepada kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- dan kitab-kitab tafsir lainnya.
Keempat, Mengesahkan hadits-hadits.
Yang dimaksud adalah men-takhrij setiap hadits dalam kitab ini dari sumber sumbernya dan menjelaskan derajat atau tingkat keshahihannya. Selain itu, mengingatkan urgensitas dan menyebutkan beberapa manfaat yang perlu diketahui terkait sanad atau jalur periwayatannya.
Dalam menjelaskan semua itu, saya bersandar pada kaidah-kaidah ilmiah yang dibakukan para imam ahli hadits, yang telah mereka praktikkan dalam menetapkan keshahihan atau kedha'ifan suatu hadits. Dengan tahapan, sebagai berikut:
1. Jika hadits itu berasal dari ash-Shahiihain (Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim), atau salah satu dari keduanya, maka cukup menyandarkan kepada dua kitab shahih ini; karena telah tercapai tujuan, yaitu dapat dipastikan keshahihannya. Sebab semua hadits yang dicantumkan penulis dua kitab tersebut adalah shahih, terlepas dari kritikan para pakar hadits atas beberapa huruf (lafazh) yang mereka riwayatkan.
2. Jika hadits itu berasal dari selain kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, makapenulis buku ini melakukan pengamatan terhadap rijal (perawi) sanadnya dengan mempelajari keadaan mereka secara saksama. Kemudian menilai sanadnya sesuai dengan keadaan mereka. Jika sanadnya terbukti shahih, sampai di sini dianggap sdh cukup. Sedangkan jika derajatnya hasan atau dha'if,maka penulis akan menyebutkan syawahid (riwayat pendukung) dan jalur-jalur periwayatannya sampai didapatkan pendapat yang jelas dan pasti.
Kelima; Menerangkan kosakata asing.
penulis menjelaskan makna beberapa kosakata yang tidak dijelaskan Imam an-Nawawi -rahimahulloh- . Di samping itu, penulis memberi harakat pada beberapa kata sulit yang belum diharakati olehnya.
Keenam: Mengungkap kandungan hadits.
Penulis memanfaatkan banyak karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah- -rahimahumalloh- . Juga mengambil keterangan dari kamus perbendaharaan as-Sunnah, yaitu kitab Fathul Baari karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani -rahimahulloh- . Serta menukil penjelasan dari kitab Syarh Sbahiih Muslim karya an-Nawawi -rahimahulloh- . Dan merujuk pada beberapa kitab al-"Allamah al-Andalus Imam Ibnu 'Abdil Barr an-Namri Al maliki -rahimahulloh- , seperti kitab al-Tamhiid dan Al IIstidzkaar. Sebagai pelengkap referensi, penulis mengutip sebagian faedah dalam kitab-kitab fiqih, tarjamah (biografi), bahasa, sejarah, dan sirah.
Penulis berusaha menyajikan kandungan hadits-hadits dalam kitab ini dengan bahasa yang sederhana, agar mudah dipahami kaum Muslimin sekarang. Penulis juga menguraikan suatu permasalahan dengan mencantumkan tambahan keterangan, disertai penjelasan yang cermat dan pemaparan serta pembetulan seperlunya. Upaya ini dilakukan karena urgensinya atau karena banyak masyarakat umum yang mengalaminya, ataupun karena belum terdapat kejelasan dalil terkait masalah-masalah tersebut.
Tidak lupa, penulis pun mengingatkan berbagai bid'ah yang selalu mematikan sunnah. Dalam hal ini, juga dalam penjelasan sebelumnya, penulis sama sekali tidak mengikuti atau berpihak kepada suatu madzhab tertentu yang dikenal orang banyak. Bahkan mereka menjadikan sikap keluar dari madzhab-madzhab itu, meskipun penulis melakukannya karena kejelasan dalil (al-Quran) dan as-Sunnah, sebagai madzhab kelima. Demikianlah sebagaimana diserukan orang-orang jahil dari kalangan awam umat ini dan orang-orang yang tidak mengerti (penerapan nash dan manhaj yang haq).
Adapun masalah-masalah iman, sifat-sifat Allah, dan takdir, penulis menempuh jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan mengikuti kaum Salafush Shalih yang dikenal sepanjang zaman sebagai ahli hadits. Dari merekalah kita banyak menimba ilmu dan memperoleh berbagai manfaat, baik menyangkut perkara ushul (pokok agama), furu' (cabang penyokong syari'at), suluk (adab dan akhlak islami), dan istidlal (metode pengambilan dalil).
Ketujuh: Memberikan beberapa daftar rujukan ilmiah.
Pencantuman daftar ini dapat membantu para penuntut ilmu untuk mengumpulkan berbagai manfaat dan faedah yang terdapat dalam kitab syarah ini, yang mencakup berbagai disiplin ilmu syari'at.
Inilah edisi terjemah nya, Syarah Riyadhus Shalihin
B0077436 | 297.130.8 SAL s | Perpustakaan Pusat (297) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Baca Diperpustakaan |
B0077437 | 297.130.8 SAL s | Perpustakaan Pusat (297) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Baca Diperpustakaan |
Tidak tersedia versi lain